Sesungguhnya karunia Allah sangat luas. Dia telah
memberi banyak karunia kepada ummat ini. Dia mengganti pendeknya
usia dengan tambahan pahala atas amalan yang sedikit. Yang mengherankan,
hal itu menjadikan sebagian manusia bukan malah lebih bersemangat untuk
menambah kebaikan tetapi semakin membuatnya malas untuk beribadah, atau malah
merasa heran dan mengingkari adanya karunia dan pahala yang besar ini.
Telah hadir hadits shahih dari Nabi saw yang
menunjukkan bahwa surat al-Ikhlash [قُلْ هُوَ اللهُ
أَحَدٌ] setara dengan
sepertiga alQur`an. Diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari
(6643) dari Abu Sa`id ra, bahwa ada seseorang mendengar orang lain membaca [قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ], dia mengulang-ulanginya, maka di pagi harinya dia mendatangi
Rasulullah saw lalu menceritakannya, seolah-olah orang ini menganggapnya
sedikit. Maka Rasul saw bersabda: "Demi Allah yang jiwaku ada
ditangan-Nya, sesungguhnya ia menyamai sepertiga al-Qur`an."
Imam Muslim meriwayatkan (811) dari Abu Darda` dari
Nabi saw beliau bersabda: "Apakah salah seorang kamu tidak mampu membaca
sepertiga al-Qur`an dalam satu malam? Mereka bertanya: "Bagaimanakah ia
membaca sepertiga al-Qur`an? Beliau bersabda: [قُلْ
هُوَ اللهُ أَحَدٌ] menyamai
sepertiga al-Qur`an."
Imam Muslim juga meriwayatkan (812) dari Abu Hurairah
ra, dia berkata Rasulullah saw bersabda: "Berkumpullah, aku akan
membacakan pada kalian sepertiga al-Qur`an." Maka berkumpullah orang-orang
yang berkumpul, kemudian Nabi saw keluar lalu membaca [قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ],
kemudian beliau masuk. Maka sebagian kita berkata kepada sebagian yang lain:
"Saya mengira ini adalah wahyu datang dari langit. Maka itulah yang
membuat beliau masuk rumah, kemudian Nabi Allah saw keluar lagi, lalu bersabda:
"Saya tadi mengatakan kepada kalian bahwa saya akan membacakan pada kalian
sepertiga al-Qur`an, ingatlah sesungguhnya ia menyamai sepertiga
al-Qur`an."
Makna hadits ini.
Sesungguhnya ada dua hal yang berbeda yaitu jaza` dan
ijza`. Dan yang membuat saudara penanya bingung adalah karena tidak membedakan
antara keduanya. Jaza` adalah balasan atau pahala yang diberikan oleh Allah
atas sebuah ketaatan. Sedangkan ijza` adalah jika sesuatu itu telah menutupi
atau mencukupi sesuatu yang lain.
Maka membaca [قُلْ هُوَ اللهُ
أَحَدٌ] memiliki jaza`
(balasan) bacaan sepertiga al-Qur`an. Bukan maksudnya ia telah mencukupi bacaan
sepertiga al-Qur`an. Maka barangsiapa misalnya bernadzar untuk membaca
sepertiga al-Qur`an, tidak cukup baginya bila hanya membaca [قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ],
karena ia menyamai sepertiga al-Qur`an dalam jaza` bukan dalam ijza`.
Kasus yang sama dalam syariat ini adalah apa yang
Allah berikan kepada orang shalat sekali di Masjidil Harom, yaitu ia
diberi pahala seratus ribu shalat, apa ada orang yang memahami bahwa maksudnya
kita tidak perlu lagi shalat berpuluh-puluh tahun karena telah cukup dengan
shalat sekali di Masjidil Harom yang manyamai seratus ribu shalat itu?! Tidak.
Ini hanya sama dalam jaza` bukan dalam ijza`.
Begitulah, tidak seorang ulama pun yang mengatakan
bahwa kita telah cukup membaca [قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ] dan tidak perlu lagi membaca sepertiga
dari al-Qur`an. Yang demikian itu karena pendapat yang benar dari para ahli
ilmu adalah surat ini memiliki keutamaan sangat hebat, karena al-Qur`an itu
diturunkan atas tiga bagian kandungan; sepertiganya hukum, sepertiganya janji
dan ancaman dan sepertiganya lagi adalah asma dan sifat.
Sedangkan surat ini telah merangkum asma dan sifat.
Ini adalah pendapat Abul Abbas Ibn Suraij dan didukung serta diapresiasi oleh
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam al-Majmu` (17/103).
Seorang muslim tidak dapat lepas dari dua hal yang
lain yaitu hukum dan janji serta ancaman. Dia tidak akan mampu mengetahuinya
kecuali dengan memperhatikan seluruh al-Qur`an dengan seksama. Dan tidak
mungkin orang yang berdiri dihadapan surat al-Shomad (al-Ikhlash) saja dapat
memahami dua hal ini.
Ibnu Taimiyah berkata: "Pahala-pahala itu
memiliki jenis-jenis yang berbeda sebagaimana harta juga memiliki jenis-jenis
yang berbeda-beda. Ada yang dimakan, diminum, diapakai, dihuni, dibuat sebagai
alat tukar dan lain-lain. Apabila seseorang memiliki salah satu jenis harta ini
senilai seribu dinar, misalnya, ia tidak harus mengesampingkan jenis-jenis
harta yang lain. Tetapi apabila dia memiliki harta dari jenis makanan, ia
membutuhkan pakaian, papan dan lain-lain. Begitu pula kalau ia memiliki selain
uang, dia membutuhkan semua macam yang diperlukan kemanfaatannya. Surat
al-Fatihah berisi pujian dan do`a, suatu hajat yang diperlukan oleh manusia dan
tidak dapat diwakili oleh [قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ], meskipun pahalanya sangat agung. Maka
pahala besar itu diperlukan oleh pemiliknya bersama-sama dengan pahala
al-Fatihah, oleh karena itu seandainya ia shalat dengan membacanya tanpa
al-fatihah maka tidak sah shalatnya. Seandainya dia membaca seluruh al-Qur`an
kecuali al-Fatihah, juga tidak sah shalatnya karena makna-makna al-Fatihah
mengandung hajat-hajat yang prinsip dan pokok bagi manusia," (Majmu`
al-Fatawa: 17/131)
Beliau رحمه الله berkata: "Al-Qur`an, manusia
membutuhkan kepada isinya yang berupa perintah, larangan dan kisah-kisah,
meskipun tauhid lebih agung dari itu semua. Apabila manusia perlu mengetahui
perbuatan-perbuatan yang diperintahkan kepadanya dan yang dilarang daripadanya,
atau perlu kepada anjuran, nasehat dan pelajaran yang dikandung oleh
kisah-kisah dan janji serta ancaman maka yang lain tidak dapat mewakilinya;
misalnya tauhid tidak menutupi kebutuhan ini, kisah tidak menutupi kebutuhan
perintah dan larangan, dan perintah serta larangan tidak dapat menutupi
kebutuhan kisah-kisah ini. Tetapi semua yang diturunkan oleh Allah diperlukan
oleh manusia dan dibutuhkan.
Apabila seseorang membaca [قُلْ
هُوَ اللهُ أَحَدٌ] maka ia
memperoleh pahala seukuran pahala sepertiga al-Qur`an, tetapi tidak harus
pahala itu dari jenis pahala yang dihasilkan oleh bagian al-quran yang lain.
Tetapi ia terkadang memerlukan kepada jenis pahala yang dihasilkan oleh
perintah, larangan dan kisah. Maka [قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ] tidak dapat menutupi ini dan tidak
mewakilinya."
Beliau terus mengatakan:" Pengetahuan-pengetahuan
yang dihasilkan oleh bacaan surat-surat al-Qur`an yang lain tidak dapat dicapai
hanya dengan membaca surat ini, maka orang yang membaca al-Qur`an secara
keseluruhan lebih utama daripada yang hanya membacanya tiga kali. Dari sisi
ini, karena keaneka ragaman pahala. Meskipun pembaca [قُلْ
هُوَ اللهُ أَحَدٌ] tiga kali
mendapatkan pahala seukuran pahala tersebut, tetapi ia Cuma satu jenis, tidak
mengandung macam-macam jenis yang dibutuhkan oleh hamba. Seperi orang yang
memiliki tiga ribu dinar dan orang yang lain memiliki makanan, pakaian, rumah
dan uang yang keseluruhannya senilai tiga ribu dinar maka orang yang kedua ini
memiliki seluruh barang-barang yang ia buruhkan. Sedangkan orang pertama tetap
memerlukan apa-apa yang ada pada orang yang kedua ini. Meskipun nilai
kakayaannya sama dengan kekayaannya. Begitu pula kalau orang orang memiliki
makanan paling mewah senilai tiga ribu dinar, ia juga tetap memerlukan pakaian
dan tempat tinggal serta barang-barang yang dapat melindungi darinya seperti
senjata, obat dan lain sebagainya, dari hal-hal yang tidak dapat dipenuhi oleh
sekedar makanan." (al-Majmu` Fatawa: 17/..)
Sumber:
- Majalah Qiblati Edisi 1 Tahun 1
0 Komentar