
Langkah Jalaluddin Rahmat mendeklarasikan Majelis Ukhuwah
Sunni-Syiah Indonesia (MUHSIN) dinilai sebagai upaya taqiyyah oleh
pemerhati Syiah, Profesor Baharun.
“Jalaluddin itu sedang taqiyyah, karena Syiah sekarang sedang
minoritas,” ucapnya saat dihubungi Eramuslim.com, sabtu, 21/05/2011.
Taqiyyah adalah ajaran penting dalam madzhab syi’ah. Taqiyyah menurut kaum Muslimin adalah sebuah istilah yang pemahamannya hanya terarah kepada satu arti Yaitu “Dusta”.
Adapun menurut Syi’ah, taqiyyah berarti perbuatan seseorang yang menampakkan sesuatu berbeda dengan apa yang ada dalam hatinya, artinya nifaq dan menipu dalam usaha mengelabui atau mengecoh manusia.
Selanjutnya, Profesor Baharun menduga bahwa langkah yang diambil Jalaluddin Rahmat dan Jamaah Ahlul Bait Indonesia lebih bermuatan politis.
“Tujuannya politisasi. Imamah itu mutlak dalam doktrin Syiah. Jadi mereka sekarang taqiyyah dulu,” tambah Doktor yang menulis disertasi berjudul 'Tipologi Pemahaman Doktrin Syi’ah di Jawa Timur' ini.
Profesor Baharun yang juga menjabat Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan Majlis Ulama Indonesia (MUI) Pusat menilai bahwa dalam tubuh MUI fatwa kesesatan Syiah sudah keluar dari tahun 1984. Sedangkan pada tahun 2010, MUI telah mengeluarkan 10 kriteria sesat.
“Dari sepuluh itu, dan tujuh diantaranya dimiliki Syiah”. pungkasnya. (pz/eramuslim)
Taqiyyah adalah ajaran penting dalam madzhab syi’ah. Taqiyyah menurut kaum Muslimin adalah sebuah istilah yang pemahamannya hanya terarah kepada satu arti Yaitu “Dusta”.
Adapun menurut Syi’ah, taqiyyah berarti perbuatan seseorang yang menampakkan sesuatu berbeda dengan apa yang ada dalam hatinya, artinya nifaq dan menipu dalam usaha mengelabui atau mengecoh manusia.
Selanjutnya, Profesor Baharun menduga bahwa langkah yang diambil Jalaluddin Rahmat dan Jamaah Ahlul Bait Indonesia lebih bermuatan politis.
“Tujuannya politisasi. Imamah itu mutlak dalam doktrin Syiah. Jadi mereka sekarang taqiyyah dulu,” tambah Doktor yang menulis disertasi berjudul 'Tipologi Pemahaman Doktrin Syi’ah di Jawa Timur' ini.
Profesor Baharun yang juga menjabat Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan Majlis Ulama Indonesia (MUI) Pusat menilai bahwa dalam tubuh MUI fatwa kesesatan Syiah sudah keluar dari tahun 1984. Sedangkan pada tahun 2010, MUI telah mengeluarkan 10 kriteria sesat.
“Dari sepuluh itu, dan tujuh diantaranya dimiliki Syiah”. pungkasnya. (pz/eramuslim)
Artikel lainnya:
Insisiasi Jalaludin Rakhmat menjembatani ukhuwah antara Syiah dan
Sunni, dipertanyakan oleh Profesor Baharun. Sebab terjadi jurang antara
perkembangan Sunni di Iran dan Syiah Indonesia,
“Di negara kita, lembaga Syiah bisa berdiri sembilan puluh sampai
ratusan, sedang di Iran sendiri, tidak ada satupun lembaga Sunni yang
aman berdiri.” Kata Profesor Baharun kepada Eramuslim.com, Sabtu,
21/05/2011.
Oleh karenanya masyarakat dihimbau untuk tidak terpesona oleh
semangat Ukhuwah yang dihembuskan dalam Deklarasi Majelis Ukhuwah
Sunni-Syiah di Indonesia (MUHSIN). Profesor Baharun meminta masyarakat
harus bisa meletakkan proporsi antara akidah dalam Islam dan masalah
furu’iyyah atau cabang.
“(Oleh Syiah) Sunni terlalu dilenakan dengan ukhuwah.” Tambah Ketua
Komisi Hukum dan Perundang-undangan Majlis Ulama Indonesia (MUI) Pusat
ini.
Menurut Prosefor Baharun titik problem antara Sunni dan Syiah bukan
terletak pada dimensi ukhuwah, namun prinsip ushul atau pokok dalam
ajaran agama Islam. Ketika ajaran Sunni dan Syiah dibawa ke masalah
akidah, maka saat itu pula Syiah dan Sunni terlihat bagai minyak dan
air.
“Syiah dan Sunni bagai langit dan bumi, namun masyarakat mau
digiring ke ukhuwah. Jadi masalah Syiah dan Sunni itu akidah, bukan
ukhuwah.”
Salah satu butir fatwa sesat Syiah yang dikeluarkan MUI tahun 1984
ialah butir dimana Syi'ah menolak hadis yang tidak diriwayatkan oleh
Ahlu Bait. Syi'ah juga pada umumnya tidak mengakui kekhalifahan Abu
Bakar as-Siddiq, Umar Ibnul Khatab, dan Usman bin Affan, sedangkan
Ahlus Sunnah wal Jama'ah mengakui keempat Khulafa' Rasyidin (Abu Bakar,
Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib).
Berbagai upaya merekrut ajaran Syiah biasanya dilakukan lewat
berbagai cara, namun cara yang cukup ampuh ditempuh lewat jalur
pendidikan.
“Kala kita belajar ke Amerika, belum tentu murtad. Akan tetapi, jika
kita belajar ke Iran, pulangnya bisa Syi’i.” pungkas Profesor Baharun.
Jalaluddin Rakhmat sendiri adalah akademisi yang belajar ke Qum,
Iran. Jalaluddin tercatat sebagai Tokoh Syiah di Indonesia. Pada
tanggal 1 Juli 2000 di Gedung Merdeka Bandung, Jalaluddin
mendeklarasikan berdirinya Ikatan Jamaah AhlulBait Indonesia (IJABI).
(pz/eramuslim)
0 Komentar